• Posted by : Maggie DL Senin, 19 Juni 2017



    PROSES INDUSTRI PETRO & OLEOKIMIA
    FATTY ALCOHOL
    OLEH
    KELOMPOK 2
    FITRIANI                                                (1407110030)
    LENI TRIANI                                         (1407112363)
    MAGGIE DARLENE LAUTAMA        (1407113363)
    MUHAMMAD ADRIAN TANJUNG    (1407114621)
    FUTHANUL WEWE                              (1407114583)
    TANTRI WILLINDA JULIA                (1407120358)
    TENGKU URAI ANI                              (1407123109)



    PROGRAM SARJANA TEKNIK KIMIA
    FAKULTAS TEKNIK
    UNIVERSITAS RIAU
    PEKANBARU
    2016


    KATA PENGANTAR

    Puji syukur penyusun ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga makalah yang berjudul “Fatty Alcohol”  ini dapat terselesaikan.

    Pada kesempatan ini penyusun mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing mata kuliah Proses Industri Petrokimia dan Oleokimia yang telah banyak  memberikan arahan sehingga makalah ini dapat diselesaikan dengan baik, demikian juga kepada semua pihak yang telah membantu penyelesaian makalah ini .

    Penyusun menyadari dalam menulis makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, diharapkan  kritik dan saran yang bersifat membangun demi perbaikan penulisan makalah ini.

     

     

    Pekanbaru, 30 September 2016

                                                                                          

                                                                         

                                                                      Penyusun 


    DAFTAR ISI

    KATA PENGANTAR....................................................................................................... i
    DAFTAR ISI ..................................................................................................................... ii
    BAB I      PENDAHULUAN
    1.1  Latar Belakang .................................................................................................. 1
    1.2  Tujuan Penulisan................................................................................................ 1
    BAB II    TINJAUAN PUSTAKA
    2.1  Fatty Alkohol..................................................................................................... 2
    2.2  Jenis Alkohol Lemak......................................................................................... 3
    2.3  Metode Pembuatan Alkohol Lemak.................................................................. 4
    2.4  Aplikasi Alkohol Lemak.................................................................................. 16
    BAB III   PENUTUP
    3.1  Kesimpulan ..................................................................................................... 18
    DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 19



    BAB I
    PENDAHULUAN
    1.1         Latar Belakang
    Alkohol lemak merupakan suatu dasar utama oleokimia yang memiliki laju pertumbuhan yang telah membantu meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan kemajuan standar hidup masyarakat banyak. Alcohol lemak terus meningkat sebagai bahan baku surfaktan karena sifatnya yang dapat diurai dan dapat diperbaharui sehingga permintaan akan bahan tersebut semakin meningkat seiring perkembangan zaman.
    Hal mendasar yang melata\belakangi di buatnya makalah ini adalah sebagai tugas matakuliah proses industri petro dan oleokimia dan juga agar dapat menambah pengetahuan tentang hal – hal yang berkaitan dengan Alkohol Lemak.
    1.2         Tujuan Penulisan
    Tujuan dari penulisan makalah ini adalah:
    1.      Memahami pengertian dan jenis dari Alkohol lemak.
    2.      Memahami proses pembentukan Alkohol lemak.
    3.      Mengetahui aplikasi dari penggunaan Alkohol lemak.


    BAB II
    TINJAUAN PUSTAKA
    2.1         Fatty alcohol
    Fatty alcohol (lemak alkohol) adalah alkohol alifatis yang merupakan turunan dari lemak alam ataupun minyak alam. Fatty alkohol merupakan bagian dari asam lemak dan fatty aldehid. Fatty alkohol biasanya mempunyai atom karbon dalam jumlah genap. Molekul yang kecil digunakan dalam dunia kosmetik, makanan dan pelarut dalam industri. Molekul yang lebih besar penting sebagai bahan bakar. Karena sifat amphiphatic, fatty alkohol memiliki sifat seperti nonionic surfaktan. Fatty alcohol dapat digunakan sebagai emulsifier, emollients, dan thickeners dalam industri kosmetik dan makanan.
    Tabel 2.1 Jenis Fatty alcohol
    Jenis Fatty alcohol
    Jumlah Atom Carbon
    Capryl alkohol (1-octanol)
    8 carbon atoms
    Pelargonic alkohol (1-nonanol)
    9 carbon atoms
    Capric alkohol (1-decanol, decyl alkohol)
    10 carbon atoms
    1-dodecanol (lauryl alkohol)
    12 carbon atoms
    Myristyl alkohol (1-tetradecanol)
    14 carbon atoms
    Cetyl alkohol (1-hexadecanol)
    16 carbon atoms
    Palmitoleyl alkohol (cis-9-hexadecan-1-ol)
    16 carbon atoms
    Stearyl alkohol (1-octadecanol)
    18 carbon atoms
    Isostearyl alkohol (16-methylheptadecan-1-ol)
    18 carbon atoms
    Elaidyl alkohol (9E-octadecen-1-ol)
    18 carbon atoms
    Oleyl alkohol (cis-9-octadecen-1-ol)
    18 carbon atoms
    Myricyl alkohol, melissyl alkohol (1-triacontanol)
    30 carbon atoms
    Geddyl alkohol (1-tetratriacontanol)
    34 carbon atom

    Tabel 2.2 Karakteristik Fatty alcohol
    Tabel 2.3 Komposisi Asam Lemak dari Minyak Kelapa (CO) dan Minyak Inti    Sawit (PKO)
     
    2.2         Jenis Alkohol Lemak
    Alkohol lemak, berdasarkan sumber terbentuknya, terbagi menjadi 2 macam, yaitu :
    1.      Alkohol Lemak Alami (Natural Fatty Alcohol)
    Alkohol lemak alami berasal dari bahan baku yang dapat diperbaharui yang terdapat di alam. Proses pembuatan alkohol lemak dari minyak alami bisa melalui rute pembuatan metil ester atau dari asam lemak. Kedua metode ini merupakan dua metode yang paling banyak digunakan dalam industri alkohol lemak. Contoh : Lemak, minyak dan lilin dari tumbuhan dan hewan, seril sesoat dalam lilin erna dan mirisil palmit dalam lilin lebah.
    2.      Alkohol Lemak Sintetis dari Petroleum
    Alkohol lemak dari bahan baku petroleum sudah dibahas pada mata kuliah Proses Industri Petro dan Oleokimia bagian petrokimia, namun disini akan dijelaskan sekilas sebagai bahan perbandingan.
    2.3         Metode Pembuatan Alkohol Lemak
    Untuk menmproduksi Alkohol Lemak dapat menggunakan beberapa metode berikut :
    2.3.1 Hidrolisis dari lilin ester
    Alkohol lemak pertama kali diperoleh dari hidrolisis lilin ester yang berasal dari binatang, terutama spermaceti dari sperma ikan paus. Namun sejak adanya peraturan tentang larangan perburuan atas ikan paus, sumber dan metode ini tidak lagi digunakan.
    Lilin spermaceti dipisahkan dengan cara pemanasan menggunakan NaOH pekat diatas 3000C, lalu alkohol didistilasi dari sabun dan air yang terbentuk. Hasil Sulingan (distilat) mengandung alcohol tak jenuh C16-C20. Untuk mencegah terjadinya auto-oksidasi, distilat ini dikeraskan dengan hidrogenasi katalitik.. Alkohol yang diperoleh mencapai yield 35 %. Produk utama terdiri dari : cetyl, oceyl, dan alcohol arachidyl.
    2.3.2 Proses reduksi sodium
    Pada tahun 1909, Beauvault dan Blanc menemukan proses reduksi sodium untuk memproduksi alcohol lemak dari kelapa ester. Pabrik alcohol lemak yang dibentuk pada tahun 1930an menggunakan proses ini. Sedangkan proses dasarnya relative sederhana, sebenarnya operasi pabrik banyak menangani produk dan reaktan yang kompleks.
    Larutan sodium didispersikan dalam pelarut inert lalu ditambahkan ester kering dan alcohol dengan hati-hati. Saat reaksinya komplit , oksidanya dipecah dengan pengadukan dalam air, kemudian alkoholnya dicuci dan didistilasi.
    Penambahan Alkohol R’ (sebaiknya alcohol sekunder), bertindak sebagai donor hydrogen. Karena adanya reaksi samping , pemakaian sodium bisa jadi di atas 20 % dari kebutuhan stoikiometri. Reduksi berjalan selektif tanpa pembuatan hidrokarbon dari isomerisasi atau hidrogenasi ikatan rangkap.
    2.3.3 Proses zieglar menggunakan etilen
    Alkohol lemak dari proses ini mempunyai struktur yang sama dengan alcohol lemak alami. Proses ini dibagi dalam dua proses yaitu proses Alfol dan proses Epal.
    A.      Proses Alfol.
    Hidrokarbon digunakan sebagai pelarut, proses ini melalui lima tahap yaitu  :
    1)      Hidrogenasi
    2 Al(CH2CH3)3 + Al + 1,5 H2 → 3 Hal(CH2CH3)3
    2)      Etilasi
    3 HAl(CH2CH3)3 + 3 CH2=CH2 →3 Al(CH2CH3)3
    2/3 dari hasil proses ini di recycle lagi ke proses hidrogenasi dan sisanya lansung         masuk ke reaksi perkembangan.
    3)      Reaksi perkembangan (growth Reaction)
    4)      Oksidasi
    5)      Hidrolisa

    B.       Proses Epal
    Proses ini mempunyai langkah-langkah yang hampir sama dengan proses alfol. Fleksibilitas Proses ini lebih besar dibandingkan dengan prose alfol. Alkohol dan α- olefin yang terbentuk bisa dipasarkan. Namun modal dan biaya yang dibutuhkan juga lebih besar, karena membutuhkan proses control yang lebih kompleks dan penambahan olefin dan alcohol rantai bercabang.
    2.3.4 Proses oxo menggunakan olefin
    Proses oxo (hidroformilasi) terdiri dari reaksi antara olefin dengan campuran gas H2-CO dan katalis yang cocok. Reaksi ini ditemukan oleh O.Roelen  pada tahun 1938.
       CH3
    2R – CH=CH2  + 2CO +  2H2 → R-CH2CH2-CHO + R-CH2OH
    Yield α- olefin diperkirakan  sama dengan jumlah aldehid rantai lurus dan bercabangnya. Proses oxo dapat dilakukan dengan tiga cara berikut :
    ·         Proses klasik dengan menggunakan katalis HCO(CO)4
    ·         Proses Shell berdasarkan kompleks kobalt karbonil – phosphine
    ·         Proses menggunakan Katalis Rhodium
    Langkah- langkah pada proses klasik yaitu reaksi oxo , pemisahan katalis dan regenerasi , hidrogenasi aldehid dan distilasi alcohol.
    Proses antara ketiga proses tersebut dapat dilihat pada table berikut ini :
    Perbandingan
    Proses OXO
    Klasik
    Shell
    Unio  Carbide
    Katalis
    Cobalt Carbonil
    Cobalt Carbonil
    Phosphine Complex
    Rhodium Carbonil
    Phospine complex
    Konsentrasi katalis
    0,1 – 1,0
    0,5
    0,001 - 0,1
    CO2 : H2
    1,1 – 1,2
    1,2 – 2,5
    Excess hidrogen
    Temperatur (0C)
    150 – 180
    170 – 210
    100 - 120
    Tekanan (MPa)
    20 – 30
    5 – 10
    2 – 4
    LHSV
    0,5 – 1,0
    0,1 – 1,2
    0,1 – 0,25
    Produk Primer
    Aldehid
    Alkohol
    aldehid
    Linearitas (%)
    40 – 50
    80 – 85
    90
    Pada proses shell, alkohol diperoleh lansung karena bagusnya aktifitas katalis sehingga tahap hidrogenasi aldehid tidak di perlukan lagi, kelemahan proses ini  adalah, adanya olefin yang hilang dari proses.
    Sedangkan proses yang menggunakan katalis Rhodium dapat dilakukan pada P dan T yang rendah, karena tingginya aktifitas katalis . Kelemahannya adalah memerlukan biaya yang tinggi karena mahalnya harga Rhodium.
    2.3.5  Hidrogenasi Langsung dari Minyak dan Lemak
    Proses pembuatan alkohol lemak dari minyak alami dapat diperoleh dari metil ester atau asam lemak. Kedua metode ini memiliki persamaan dan sangat kompetitif dibandingkan dengan metode lainnya. Secara umum proses pembutan alkohol lemak secara langsung dari minyak dan lemak dapat dilihat pada gambar.











    Gambar 2.1 Rute pembentukan Alkohol Lemak dari minyak dan lemak
    Proses hidrogenasi langsung mempunyai beberapa kekurangan, diantaranya :
    1.    Menghasilkan produk samping bernilai tinggi gliserin yang justru mengalami proses hidrogenasi lanjut menghasilkan propilen glikol yang bernilai rendah.
    2.    Komsumsi gas hidrogen yang cukup tinggi
    3.    Penggunaan katalis dalam jumlah besar
    2.3.6  Hidrogenasi Katalitik dari Asam Lemak dan Metil Ester
    Fatty alcohol diperoleh dengan cara hidrogenasi metil ester atau asam lemak.
    R-COOCH3 +  2H2  Katalis, CuCr     R-CH2OH + CH3OH
    Metil ester       Hidrogen                                   Alkohol lemak       Metanol
    RCOOH +2H2    Katalis, CuCr    RCH2OH + H2O
    Asam lemak Hidrogen                       Alkohol lemak   Air
    Hidrogenasi langsung asam lemak tidak digunakan dalam skala industri besar karena kebutuhan temperature reaksi yang lebih tinggi menghasilkan yield yang lebih rendah dan karena dapat merusak katalis. Secara konvensional, asam lemak dikonversi terlebih dahulu menjadi ester sebelum dihidrogenasi.
    Dalam proses pembuatan fatty alcohol banyak dilakukan dengan bahan dasar metil ester, karena dengan proses ini diperoleh persentase fatty alcohol lebih tinggi. Dalam reaksi hidrogenasi dapat terbentuk.
    RCH2COCOH + 2H2 ----------------> RCH2CH2OH + CH3OH
    RCH2COOH + RCH2CH2OH ------> RCH2COOCH2CH2R + CH3OH
    RCH2COOCH2CH2R + H2 --------> 2 RCH2OH
    Suhu tinggi menyebabkan reaksi sekunder yaitu dehydratasi
    RCH2CH2OH ----------> RHC=CH2`
    RCH=CH2 + H2 ---------> RCH2CH3 (parafin)
    Fatty alcohol dengan bahan baku metil ester atau fatty acids
    a.       proses ini menghendaki kelebihan H2 400 kali dari teoritis
    b.      kelebihan hidrogen untuk mempertahankan lapisan tipis katalis sebagai jaminan reaksi esterifikasi dengan fatty acids
    c.       suhu reaksi 230 – 280oC
    d.      tekanan reaktor 200 – 300 bar
    e.       katalis copper-cromite dengan sirkulasi gas hidrogen panas
    f.       konversi dapat mencapai 91%.

    Gambar 2.2 Skema Pembuatan Fatty alcohol Dari Metil Ester
    2.3.7  Proses Hidrogenasi pada Tekanan Tinggi
    Proses hidrogenasi dengan tekanan tinggi ini terbagi 2 metode yaitu suspension process dan fixed bed process:
    1.         Suspension Process
    Gambar 2.3 Hidrogenasi Tekanan Tinggi Asam Lemak Metil Ester – Proses Suspensi
    Proses:
    a.    Bahan baku yang digunakan adalah asam lemak dengan hidrogen
    b.    Katalis yang digunakan berbentuk slurry
    c.    Kondisi operasi proses ini dalah pada tekanan 25.000-30.000 kPa dan temperatur 250-300 0C.
    d.   Reaksi yang terjadi:
           RCOOH     +    2 H2                RCH2OH      +      H2O  ( dengan katalis CuCr )
    Asam lemak     Hidrogen        Alkohol lemak         Air
    e.    Reaksinya merupakan reaksi eksotermis, sehingga pada proses ini diperlukan kontrol temperatur sehingga mencegah terjadinya pembentukan hidrokarbon yang tidak diinginkan.
    f.     Hidrogenasi terjadi di dalam reaktor suhu tinggi di mana bahan dipanaskan terlebih dahulu.    
    g.    Panas dari sisa campuran produk reaktor diperoleh dengan resikulasi gas hidrogen pada alat penukar panas setelah satu produk dipisahkan dengan dua tingkat pendinginan ekspansi.
    h.    Pada fase gas ( yang mengandung gas hidrogen, uap alkohol dalam jumlah kecil dan reaksi air) dipisahkan dari alkohol cair pada hot separator ( pemisah panas)
    i.      Campuran didinginkan lebih lanjut di separator pendingin, dimana uap alkohol dan air hasil reaksi dikondensi dan dipisahkan. Kelebihan gas hidrogen direcycle.
    j.      Alkohol cair yang berasal dari separator panas dipompakan ke flashdrum dimana hidrogen dilarutkan direcycle dengan meningkatkan gas hidrogen.
    k.    Katalis dipisahkan dari alkohol lemak kasar dengan menggunakan pemisah aktivitas dan resikulasi dengan alkohol lemak.
    l.      Ukuran fase clear dari pemisah sentrifugal adalah “passed through” yaitu penyaring halus untuk memindahkan semua sisa suspensi padat hasil dari produk (alkohol lemak kasar).
    m.  Untuk memurnikan alkohol lemak kasar dapat dilakukan dengan distilasi lebih lanjut untuk menghilangkan hidrokarbon dan dapat mengalami fraksinasi jika diinginkan.
    2.         Fixed Bed Process
    Gambar 2.4 Hidrogenasi Tekanan Tinggi Asam Lemak Metil Ester
    Proses Fixed Bed
    Pada metode fixed bed process, hal yang membedakannya dengan suspension process adalah katalisnya fixed (tetap) dalam reaktor.
    a.    Bahan baku yang digunakan pada proses ini adalah ester dan hidrogen
    b.    Reaksi yang terjadi :
    RCOOCH3    +   2 H2                  RCH2OH     +   CH3OH 
    Ester                  Hidrogen          Alkohol lemak       Metanol
    c.    Reaksi ini dilakukan pada fase uap dimana sebagian umpan organik diuapkan dengan gas hidrogen ( 20 – 25 mol ) melalui suatu alat peak heater sebelum dialirkan ke fixed katalis bed.
    d.   Proses hidrogenasi dengan metode ini dilakukan pada kondisi 20.000-30.000 Kpa dan temperatur 200-250 0C.
    e.    Kemudian campuran didinginkan dan dipisahkan menjadi fasa gas dan fasa cair. Pada fasa gas sebagian besar merupakan gas hidrogen dan di recycle.
    f.     Fasa cairan diekspansi pada flash tank untuk menghilangkan metanol dari alkohol lemak.
    3.      Perbandingan Alkohol Lemak hasil  Proses Fixed bed dan Proses Suspensi
    Proses fixed bad memerlukan sesuatu untuk menaikkan nilai karena itu dibutuhkan bejana reaksi yang besar, pompa gas sirkulasi, dan pipa yang tepat untuk volume yang tinggi dari penggunaan gas hydrogen. Proses suspensi dilain sisi memerlukan penambahan peralatan untuk pelepasan katalis, distilasi alcohol lemak mentah dan mengolah lagi metil ester.
    Dalam penggunaan bahan mentah, proses fixed bad memiliki hasil yang banyak dan penggunaan katalis hanya setengahnya. Alkohol lemak yang dihasilkan dari proses fixed bad memiliki kualitas yang tinggi. Meskipun begitu, kualitas dari alkohol lemak yang dihasilkan oleh prosess suspensi bisa juga ditingkatkan ke tingkat yang sama dengan distilasi selanjutnya.
    2.2.8  Metoda Lurgi Hidrogenasi Asam Lemak
    Metoda lurgi dengan proses suspensi, menimbulkan kemungkinan hidrogenasi secara langsung asam lemak menjadi alkohol lemak yang mengatasi efek kerugian dari fatty acid on the copper-bearing analysist. Ini dicapai dengan dua tahap reaksi. Reaksi pertama adalah esterifikasi dari asam lemak dengan alkohol lemak menghasilkan ester dan air. Reaksi kedua adalah hidrogenasi ester untuk menghasilkan dua mol alkohol. Kedua reaksi memiliki persamaan di reaktor yang sama. Volume yang besar dari alkohol lemak di proses kembali lebih dari 250 kali umpan asam lemak, dengan efektif mengurangi umpan, asal saja untuk kondisi yang optimum untuk laju dan esterifikasi yang kompleks.
    Hidrogenasi diletakkan dalam reactor bertekanan tinggi dimana material dipanaskan terlebih dahulu- umpan asam lemak, di sirkulasi menjadi alkohol lemak dengan menggunakan katalis, dan gas hidrogen adalah fed continuously. Reaksi ini berlansung kira-kira 30.000 kPa dan 2800C. Panas dari campuran produk yang meninggalkan  reactor  didapatkan  lagi  dengan  recirculating  gas hydrogen melalui heat exchanger, setelah produk dipisahkan melalui sebuah two-stage cooling-expansion system.
    Fasa gas (pada dasarnya kelebihan gas hydrogen, sedikit alkohol mendidih dan reaksi air) dipisahkan dari larutan alkohol didalam separator panas.
    Pencampuran ini didinginkan selanjutnya di cold separator, dimana the low boiling alkohol dan reaksi air dikondensasi dan diseparasi. Gas hidrogen yang berlebih di recycle ke sistem.
    Larutan alkohol dari hot separator dipompakan ke flash drum dimana penguraian hydrogen dimulai dan recycled dengan pemisahan hydrogen. Katalis dipisahkan dan alkohol lemak mentah menggunakan sebuah sentrifugal separator. Bagian dari katalis diganti dengan katalis baru yang segar untuk mempertahankan aktivitas dan di recirculasi dengan alkohol lemak. Fase penyelesaian dan sentrifugal separator adalah melalui polishing filter untuk menghilangkan semua sisa dari solid yang didapat. Penghasilan alkohol mentah undergoes distilasi selanjutnya untuk menghilangkan hidrokarbon dan mungkin mengalami fraksinasi bila diinginkan.
    Gambar 2.5 Sintesis Hidrogenasi Alkohol Lemak dari Asam Lemak –Lurgi
    Bahan dan Kebutuhan Konsumsi Per Ton dari Alkohol Lemak
    Data teknikal untuk kapasitas pabrik of 50+ t/day :
    Distilasi cocofatty acid                                                    1050-1100 kg
    Steam (ca, is bar)                                                                   170 kg
    Pendinginan air (200C)                                                            27 m3
    Electric energy                                                                     130 kWh
    Fuel gas                                                                              1,1 x 106 Kj
    Catalist                                                                                    5 kg
    Hydrogen (00C, 100 kPa)                                                               230-300 m3
    Boiler feed water                                                                  185 kg
    Export steam (ca 4 bar)                                                         120 kg
    Gambar 2.6 Pemisahan Alkohol Lemak
    2.4     Aplikasi Alkohol lemak
    Fatty alkohol merupakan produk hasil hidrogenasi asam lemak atau ester asam lemak.  Fatty alkohol dapat difraksinasi untuk memisahkan fraksi C8-C10 yang dikenal sebagai  plasticizer range alkohol, dan C8-C12 sebagai  detergen range alkohol.  Plasticizer range alkohol berbentuk cair dan memiliki daya pelarut yang tinggi dapat digunakan dalam industri tinta printer dan cat.  Esterfikasi dengan polycarboxylic acid seperti phthalic anhydride menghasilkan plasticizer khususnya untuk industri PVC. C12 – C14 alkohol banyak digunakan sebagai additif pelumas dan dalam pembuatan minyak rem dan minyak hidrolik.  C16-C18 fatty alkohol banyak digunakan sebagai campuran dalam pembuatan cream, lipstik, pasta, semir dan produk lainnya.
    Plasticizer adalah senyawa adiktif yang ditambahkan kepada polimer untuk menambah fleksibilitas dan workability-nya. Plasticizer diaplikasikan terutama pada vinil resin seperti Polovinil Klorida (PVC). Di antara 300 jenis plasticizer yang telah dikembangkan adalah DOP (Dioctyl Phthalate) yang paling banyak digunakan. Konsumsi DOP pada industri PVC mencapai 50 - 70 % dari toal produksi plasticizer. Namun demikian, pemakaian DOP sebagai plasticizer PVC, terutama yang diaplikasina pada food-drug packaging atau mainan anak - anak mulai dipermasalahkan. Ini dikarenakan adanya migrasi senyawa aromatik tersebut dari PVC dalam jumlah yang besar dan dapat menyebabkan timbulnya sel kanker. Bahan plasticizer pengganti DOP dari turunan minyak sawit yang ramah lingkungan.
    Plasticizer adalah material yang ditambahkan untuk meningkatkan beberapa sifat/ properties dari polymer, misalnya kemampuan kerja, ketahanan terhadap panas (heat resistance), ketahanan terhadap temperatur rendah (low-temperature resistance), ketahanan terhadap cuaca (weathering resistance), sifat insulasi (insulation properties), ketahanan terhadap minyak (oil resistance), etc.
    Berbagai plasticizer digunakan untuk tujuan-tujuan tersebut. Terutama phtalic ester yang digunakan oleh banyak produk sebagai plasticizer multifungsi. Proses pembuatan plasticizer dilakukan dengan proses Esterifikasi Fisher pada kondisi tertentu dengan menggunakan bahan baku antara lain :komponen minyak sawit, katalis dan senyawa alkohol. Hasil yang diperoleh kemudian dicuci dan dipisahkan antara produk dan sisa asam dan katalis yang terbentuk selama proses hingga pH normal.
    Solusinya adalah membuat plasticiser dari bahan nabati khususnya dari minyak sawit. Proses diawali dengan reaksi esterifikasi antara asam karboksilat turunan minyak sawit dengan alkohol linier untuk menghasilkan senyawa diester atau monoester. Senyawa monoester atau diester yang telah dibuat, diformulasikan sabagai plasticizer primer dan sekunder. Plasticiser selanjutnya dicampur dengan PVC untuk menghasilkan plastik.


    BAB III
    PENUTUP
    3.1 Kesimpulan
    1.  Fatty alcohol (lemak alkohol) adalah alkohol alifatis yang merupakan turunan dari lemak alam ataupun minyak alam.
    2.  Proses pembentukan alkohol lemak, yaitu Hidrolisis lilin ester menggunakan lemak hewani, Proses reduksi sodium mennggunakan lemak dan minyak, Proses Ziegler menggunakan etilen, Proses oxo menggunakan hydrogenation olefin, Katalitik hidrogenasi asam lemak dan metil ester dari lemak dan minyak, Hidrogenasi lansung  lemak dan minyak, dan Hidrogenasi pada Tekanan Tinggi.
    3.  Adapun alkohol lemak dapat digunakan secara luas pada industri sebagai berikut :

    a)      Plasticizer (C6 C10)
    b)      Detergen (C11 keatas)
    c)      Pengemulsi
    d)     Pelumas
    e)      Softener
    f)       Kosmetik , untuk pembuatan macam-macan cream
    g)      Makanan sebagai anti oksidan
    h)      Surfaktan
    i)        Bahan anti Busa
    j)        Produk Intermediate
    k)      Parfum
    l)        Farmasi






    DAFTAR PUSTAKA
    Hui, Y.H. 1996. Bailey’s Industrial Oil and Fat Products. Volume 5. A Wiley-Interscience Publication. New York.
    O’Brien, Ricard D. 1998. Fats and Oils. Technomic Publishing Company Inc. Switzeland.
    Tambun, Rondang. 2006. Buku Ajar Teknologi Oleo Kimia. Universitas Sumatera Utara. Medan.


     

    Leave a Reply

    Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

  • Copyright © - Maggie's Blog

    Maggie's Blog - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan