Archive for 2015

  • MAKALAH MANAJEMEN PROYEK DESAIN REAKTOR BIOGAS

    1


    TUGAS
    MANAJEMEN PROYEK
    DESAIN REAKTOR









    KELOMPOK 3
    KELAS C
    ANGGOTA :
    1.           Habib Maulana Yasminto     (1407112616)
    2.           M.Ilham Armedi                             (1407113157)
    3.           Karfika Ainil Hawa               (1407112960)
    4.           Maggie Darlene Lautama      (1407113363)
    5.           Ricky Puji Rahayu                (1407112485)
    6.           Vandhe Melsa Sembiring      (1407113201)


    JURUSAN TEKNIK KIMIA
    FAKULTAS TEKNIK
    UNIVERSITAS RIAU


    DAFTAR ISI

    BAB I       PENDAHULUAN
                      1.1 LATARBELAKANG.................................................................................. 1
                      1.2 TUJUAN....................................................................................................... 1
    BAB II      TINJAUAN PUSTAKA
                      2.1 REAKTOR BIOGAS................................................................................... 2
                      2.2 BAHAN DAN METODE............................................................................ 2
                      2.3 PARAMETER DESAIN DAN  KAPASITAR REAKTOR BIOGAS.. 3
                      2.4 IDENTIFIKASI MASALAH...................................................................... 4
                      2.5 PENGUJIAN REAKTOR BIOGAS.......................................................... 4
    BAB III    HASIL DAN PEMBAHASAN
                      3.1 HASIL IDENTIFIKASI MASALAH........................................................ 5
    BAB IV    KESIMPULAN
                      4.1 KESIMPULAN.......................................................................................... 11
    DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................ 12






    BAB I
    PENDAHULUAN

    1.1                LATAR BELAKANG
    Pertumbuhan penduduk yang sangat cepat, dengan ekspansi bidang industri menyebabkan peningkatan permintaan energi dan penurunan kualitas lingkungan. Meskipun Indonesia adalah salah satu negara penghasil minyak dan gas, namun berkurangnya cadangan minyak, pencabutan subsidi menyebabkan harga minyak naik dan turunnya kualitas lingkungan akibat penggunaan bahan bakar fosil yang berlebihan. Olah karena itu, pemanfaatan sumber-sumber energi alternatif yang terbarukan dan ramah lingkungan menjadi pilihan. Salah satu dari energi terbarukan adalah biogas, biogas memiliki peluang yang besar dalam pengembangannya. Energi biogas dapat diperoleh dari air buangan rumah tangga, kotoran ternak contohnya sapi. Oleh karena itu dibutuhkan alat yang bias mengolah seperti reaktor.

    1.2              TUJUAN
    1.      Untuk mengolah kotoran ternak menjadi biogas.
    2.      Untuk membantu masyarakat dalam kebutuhan rumah tangga.
    3.      untuk melakukan merekayasa dan menguji reaktor biogas skala kelompok tani ternak serta analisa teknis dan ekonomisnya.











    BAB II
    TINJAUAN PUSTAKA
    2.1       REAKTOR BIOGAS
    Penggunaan sistem reaktor biogas memiliki keuntungan, antara lain yaitu mengurangi efek gas rumah kaca, mengurangi bau yang tidak sedap, mencegah penyebaran penyakit, panas, daya (mekanis/listrik) dan hasil samping berupa pupuk padat dan cair. Pemanfaatan limbah dengan cara seperti ini secara ekonomi akan sangat kompetitif seiring naiknya harga bahan bakar minyak dan pupuk anorganik. Disamping itu, cara-cara ini merupakan praktek pertanian yang ramah lingkungan dan berkelanjutan.
    Teknologi biogas bukanlah merupakan teknologi baru di Indonesia, sekitar tahun 1980-an sudah mulai diperkenalkan. Namun sampai saat ini belum mengalami perkembangan yang menggembirakan, beberapa kendala antara lain yaitu kekurangan technical expertise, reaktor biogas tidak berfungsi akibat bocor/kesalahan konstruksi, desain tidak user friendly, manual membutuhkan penanganan secara (pengumpulan/mengeluarkan lumpur dari reaktor) dan biaya konstruksi yang mahal.
    Oleh karena itu, diperlukan pengkajian yang lebih mendalam secara teknis dan ekonomis serta cara-cara pendekatan baru dalam pengembangannya (Widodo dan Nurhasanah, 2004; Widodo, et al., 2006).
    2.2       BAHAN DAN METODE
                a. Bahan
    Konstruksi reaktor terdiri dari semen, batu sungai, bata merah, pasir dan bahan pelapis kedap air. Kekuatan konstruksi sangat dipengaruhi oleh kualitas bahan, teknik dan kecermatan pengerjaan masing-masing tahapan pekerjaan. Tahapan pekerjaan konstruksi meliputi pembuatan fondasi, pemasangan dinding dan pelapisan. Pelapisan dilakukan secara berulang-ulang dengan adukan semen yang dicampur dengan bahan kedap air. Sedangkan manometer dibuat dari pipa plastik transparan dengan diameter 1 cm dan diisi dengan air berwarna. Pada salah satu ujung pipa dihubungkan dengan botol yang berfungsi sebagai pengaman. Perbedaan tinggi permukaan air dari posisi semula (sejajar) menunjukkan besarnya tekanan.

    b.    Metode
    Reaktor biogas dapat diklasifikasikan berdasarkan susunan konstruksi penampung gas, yaitu:
    ·         kombinasi reaktor/penampung gas: fixed dome dan flexible bag
    ·         penampung gas terapung: tanpa sekat air dan dengan sekat air
    ·         penampung gas terpisah (Anonim1,1980). Dalam rekayasa dan pengembangan reaktor biogas ini, tipe reaktor yang dikembangkan berdasarkan hasil identifikasi dengan mempertimbangkan berbagai faktor teknis, ekonomis, kemudahan operasional dan keamanan kerja.
    2.3       PARAMETER DESAIN DAN  KAPASITAR REAKTOR BIOGAS
    Dalam perancangan desain unit instalasi pemroses biomasa faktor penting yang harus diacu adalah :
    a)      Jumlah sapi akan berpengaruh pada kuantitas kotoran ternak, urin dan jumlah air pembersih.
    b)      Pengisian reaktor dipengaruhi oleh volume reaktor dan jumlah kotoran sapi yang akan digunakan.
    c)      Lamanya bahan berada di dalam reaktor (Hidraulic Retention Time).
    d)     Perkiraan tekanan gas metana yang dihasilkan.
    e)      Perkiraan produksi volume gas metana.

    Sedangkan perencanaan pembuatan unit instalasi pemroses energi biomasa dari kotoran sapi harus memperhatikan empat faktor, yaitu :
    a)      Ketersediaan dan kemudahan jenis bahan konstruksi yang dapat dipakai untuk membuat unit penghasil biogas.
    b)      Ketersediaan jenis bahan organik buangan sebagai bahan isian.
    c)      Jumlah kebutuhan dasar akan energi dari suatu keluarga atau kelompok masyarakat dan jenis keperluannya.
    d)     Pemanfaatan bahan keluaran yang berupa lumpur untuk pupuk tanaman ataupun algae pada kolam ikan.


    2.4       IDENTIFIKASI MASALAH
    Parameter desain yang diperlukan dalam perancangan reaktor biogas diperoleh dari penelusuran data dan informasi (studi pustaka), konsultasi ke beberapa perguruan tinggi, lembaga penelitian, instansi terkait guna mendapatkan data dan informasi yang berkaitan dengan masalah teknis pemanfaatan energi biogas dari kotoran sapi. Parameter tersebut meliputi perhitungan desain reaktor biogas.
    2.5       PENGUJIAN REAKTOR BIOGAS
    a.            Uji Kerja
    Prosedur pengisian reaktor. Hasil pengujian karakteristik fisik dan kimia bahan digunakan untuk mengetahui kebutuhan air yang digunakan dalam mencampur bahan, serta apabila diperlukan, dilakukan pencampuran kotoran ternak dengan bahan lain agar kadar C/N sesuai dengan kondisi yang diperlukan untuk proses pencernaan (kadar C/N = 25:1).
    Pengisian reaktor. Reaktor diisi dengan campuran kotoran ternak dengan air dengan perbandingan padatan/air 1:1. Pengisian dilakukan sampai reaktor penuh dan dibiarkan sampai sampai gas yang dihasilkan stabil, setelah itu pengisian dilakukan setiap hari. Dalam uji unjuk kerja dipergunakan beberapa alat ukur antara lain yaitu: manometer air untuk mengukur tekanan gas, gas flowmeter, pH meter dan thermometer air raksa.
    b.            Analisa laboratorium meliputi
    ·         Kondisi bahan (kotoran sapi): total solids, volatile solids dan kadar C/N ratio, COD (Chemical Oxygen Demand) dan BOD (Biological Oxygen Demand
    ·         Kandungan kimia biogas (CH4, CO2, H2S dan NH3)
    ·         Kondisi lumpur keluaran dari reaktor (effluent): COD, BOD dan kandungan unsur hara utama (Nitrogen, Pospor dan Kalium).


    BAB III
    HASIL DAN PEMBAHASAN
    3.1       Hasil Identifikasi Masalah
    a.    Penentuan Tipe Reaktor Biogas
    Pengembangan teknologi biogas selama ini memiliki banyak kendala, antara lain yaitu: kekurangan technical expertise, reaktor biogas tidak berfungsi akibat bocor/ kesalahan konstruksi, desain tidak user friendly, membutuhkan penanganan secara manual (pengumpanan/ mengeluarkan lumpur dari reaktor) dan biaya konstruksi yang mahal. Untuk itu, diperlukan pertimbangan-pertimbangan teknis dan ekonomis dalam menentukan tipe reaktor yang akan dikembangkan. Hasil identifikasi masalah dengan cara studi literatur, konsultasi teknis dan kunjungan lapang diperoleh kesimpulan bahwa reaktor biogas tipe fixed dome (China Type) dipilih untuk dapat dikembangkan. Beberapa alasannya adalah:
    ·            umur ekonomis dapat mencapai 20-25 tahun
    ·            terbuat dari bahan-bahan lokal
    ·            konstruksi berupa dome sehingga mampu menahan beban baik di dalam maupun di atas permukaan tanah
    ·            konstruksi terdapat dibawah permukaan tanah sehingga kestabilan suhu bahan didalam reaktor biogas dapat terjamin
    ·            penghematan penggunaan lahan
    ·            operasional alat mudah dilakukan
    ·            perawatan relatif mudah dan murah
    b.    Parameter Desain dan Kapasitas Reaktor Biogas
    Peternak sapi skala kecil di Indonesia rata-rata memiliki 2-5 ekor yang tersebar dalam wilayah yang luas. Secara ekonomis, jumlah pemilikan sapi baru menguntungkan peternak bila mencapai 10-12 ekor. Selain hal tersebut, program sentralisasi kandang juga sedang digalakkan pemerintah di beberapa daerah untuk mencegah terjadinya pencemaran lingkungan. Dengan pertimbangan-pertimbangan tersebut, maka kapasitas reaktor yang dikembangkan adalah mampu menampung kotoran sapi 10-12 ekor dan dapat menghasilkan biogas untuk memenuhi kebutuhan energi 5 keluarga (memasak dan penerangan).

    Ukuran reaktor dirancang dengan cara memaksimalkan produksi gas per unit volume reaktor agar biaya konstruksi dapat diminimalisir. Hal ini berkaitan dengan pencernaan secara anaerob yang tergantung pada aktivitas biologis dari bakteri methanogen yang berkembang lambat, maka ukuran reaktor harus memenuhi kinerja yang diharapkan dan cukup besar ukurannya untuk menghindari tercucinya bakteri tersebut keluar dari reaktor (washed out). Pada daerah tropis yang pada umumnya suhu didalam reaktor sekitar 25-30oC, retentention time berkisar antara 40 – 50 hari.
    Dari hasil identifikasi masalah didapatkan parameter - parameter sebagai berikut :
    ·            Produksi kotoran segar per ekor sapi/hari : 15 - 25 kg.
    ·            1 kg total solid (TS) menghasilkan biogas : 250 liter.
    ·            Berat toal solid (TS) : 0.18 berat kotoran basah.
    ·            Nilai kalor gas bio : 5.6 - 7.2 kwh/m3
    ·            pH optimal untuk produksi gas methan : 7.0 - 7.2
    ·            Suhu pencernaan optimal : 35oC
    c.       Penentuan Lokasi
    Berdasarkan hasil identifikasi masalah, telah ditetapkan Pondok Pesantren Darul Fallah sebagai lokasi pembangunan unit instalasi pemroses biomasa (kotoran sapi) menjasi biogas. Peternakan sapi perah dengan jumlah sapi 23-40 ekor tersebut merupakan unit usaha koperasi yang bernaung di bawah Pondok Pesantren Pertanian Darul Fallah. Dasar pertimbangan dalam pemilihan lokasi diantaranya adalah memiliki kelembagaan yang mantap, SDM yang memadai, lahan cukup luas, melakukan usaha peternakan secara terintegrasi, seperti memproses kompos untuk pupuk, memiliki lahan untuk ditanami rumput dan hijauan pakan ternak, kegiatan pertanian lain seperti pembibitan dan sebagai tempat praktik belajar bagi mahasiswa Pondok Pesantren Pertanian Darul Fallah, IPB, maupun perguruan tinggi lainnya di Bogor dan sekitarnya. Sehingga diharapkan pembangunan instalasi pemroses biomasa (kotoran sapi) menjadi biogas tersebut dapat menjadi show window pengembangan teknologi biogas di Indonesia.
    Faktor-faktor lain yang dipertimbangkan adalah kesediaan untuk mengelola secara kontinyu, memiliki sapi dalam jumlah yang cukup, dan lokasinya tidak terlalu jauh dari Balai Besar sehingga bisa dilakukan supervisi dan pengendalian operasional secara mudah. Penandatanganan naskah kerjasama (MOU) antara Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian dengan Pondok Pesantren Pertanian Darul Fallah, Ciampea, Bogor dilaksanakan pada tanggal 4 Oktober 2005.
    d.       Desain dan Konstruksi
    Konstruksi instalasi reaktor biogas tipe fixed dome (chinese type) terdiri dari 3 bagian, yaitu :
    ·         Unit pencampur
    ·         Bagian utama reaktor
    ·         Bagian pengeluaran lumpur
    Fungsi masing-masing bagian adalah sebagai berikut :
    ·         Unit pencampur berfungsi untuk menampung kotoran sapi yang terkumpul dari kandang dan mencampur dengan air dengan perbandingan padatan/air 1:1 . Campuran yang menyerupai bubur ini kemudian dimasukkan kedalam digester utama.
    ·         Bagian utama reaktor merupakan tempat dimana kotoran mengalami proses fermentasi secara anaerob sehingga dapat menghasilkan biogas. Bagian atas reaktor berbentuk kubah (dome) dengan garis tengah 4,2 meter, sedangkan pada bagian dasarnya berbentuk kerucut dengan panjang garis miring sebesar 2,1 meter, dan tinggi kerucut 0.75 meter. volume reaktor 18 m3. Reaktor ini dirancang untuk dapat menampung kotoran dari10 ekor sapi (dengan kotoran sapi 20 kg/hari/ekor dengan retention time 45 hari). Perkiraan produksi biogas yaitu 6 m3/ hari (untuk rata-rata produksi biogas 30 liter gas/kg kotoran sapi). Bagian utama reaktor dilengkapi dengan lubang pemeliharaan (manhole) yang ditutup dengan lempengan beton bertulang.
    ·         Pengamatan dengan interval 3 hari selama 2 bulan diperoleh data pH bahan pada kisaran 7 – 7,8 dan suhu sekitar 25oC kondisi ini baik bagi bakteri methanogen untuk tumbuh dan menghasilkan gas metana.
    e.       Aspek Ekonomis Kinerja Reaktor Biogas
    Reaktor biogas dibuat dengan investasi Rp 18.448.000 yang terdiri atas biaya untuk bahan dan pembuatan konstruksi. Pendapatan yang diperoleh dari instalasi biogas adalah sekitar Rp 600.000/bulan bila dikonversikan dengan harga dan nilai kalori LPG. Dengan menggunakan parameter dan analisa kelayakan ekonomi seperti pada Tabel 2 diperoleh B/C Rasio 1,35 yang berarti secara ekonomi investasi tersebut layak. Demikian pula dari hasil analisa simple payback diketahui bahwa modal investasi pembangunan konstruksi reaktor akan kembali pada tahun ke-4 digester: 20 tahun). Hasil pendapatan ini belum termasuk hasil samping berupa pupuk cair/padat. Penggunaan lain dari lumpur keluaran dari reaktor adalah diumpankan ke kolam ikan. Penggunaan lumpur keluaran dari reaktor ke kolam dapat merangsang pertumbuhan phytoplankton (algae) dan zooplankton (daphia and crustaceans) yang merupakan sumber makanan bagi ikan.
    Tabel 1. Parameter dan Hasil Analisa Kelayakan Ekonomi
    -
    Biaya investasi, Rp
    18.448.000
    -
    Biaya operasional dan perawatan, Rp/tahun
    2.767.200
    -
    Pendapatan, Rp/tahun
    7.051.800
    -
    Keuntungan, Rp/tahun
    4.284.600
    -
    Umur ekonomi, tahun
    20
    -
    Produksi gas, m3/hari
    6
    -
    Produksi gas, m3/tahun
    2190
    -
    Suku Bunga , %/tahun
    12

     









                Gambar 1. Desain reaktor biogas tipe fixed dome


     











                                                             
    Gambar 2. Tahap - tahap pekerjaan pembuatan reaktor biogas




     









                Gambar 3. Kombinasi manometer dan klep pengaman



     









               
    Gambar 4. Penggunaan biogas untuk penerangan dan kompor gas

    BAB IV
    KESIMPULAN
    4.1       Kesimpulan
    Kegiatan rekayasa dan pengembangan reaktor biogas untuk memproses biomasa (kotoran sapi) menjadi energi biogas di Pesantren Darul Fallah Bogor dapat diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut, Pembangunan unit instalasi pemroses biomasa berupa reaktor biogas tipe fixed dome dengan kapasitas 18 m3 dengan produksi biogas 6 m3/hari dan fasilitas pendukung seperti unit instalasi penyedia air.

    DAFTAR PUSTAKA
    Anonim1. 1980. Guidebook on Biogas Development. Energy Resources Development Series No.21. United Nations: Economic and Social Commission for Asia and The Pacific. Bangkok. Thailand.
    Anonim2. 1984. Updated Guidebook on Biogas Development - Energy Resources Development Series 1984, No. 27, United Nations, New York, USA.
    Anonim3. 1989. The Biogas Technology in China. Chengdu Biogas Research Institute, Chengdu, China.
    Anonim4. 1997. Biogas Utilization. GTZ. http://ww5.gtz.de/gate/techinfo/biogas/appldev/ operation/utilizat .html.
    Anonim5. 2003. Laporan Tahunan Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat. Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat.
    Anonim6. 2003. Perlu 500 ha, Terkendala Harga. Siswono Tertarik Buka Peternakan di Kaltim. KaltimPos:Jumat, 26 September 2003. http://www.kaltimpost.web.id/berita/
    Gunnerson, C.G. and Stuckey, D.C. 1986. Anaerobic Digestion: Principles and Practices for Biogas System. The World bank Washington, D.C., USA.
    Jan Lam. 2005. Evaluation Study for Biogas Plant Designs. Final Report of SNV(Netherlands Development Organization) Cambodia.
    Marchaim, U. 1992. Biogas Processes for Sustainable Development. Food and Agriculture Organization of the United Nations, Viale delle Terme di Caracalla, 00100 Rome, Italy.
    Schmidt, A. 2005. Treatment of Sludge from Domestic on Site Sanitation Systems Septic Tanks and Latrines. Conference Proceeding: International Seminar on Biogas Technology for poverty Reduction and Sustainable Development. Beijing, October 17-20,2005. pp. 199-207.
    Syamsuddin, T.R. dan Iskandar,H.H. 2005. Bahan Bakar Alternatif Asal Ternak. Sinar Tani, Edisi 21-27 Desember 2005. No. 3129 Tahun XXXVI.
    Widodo, T.W. and Nurhasanah, A. 2004. Kajian Teknis Teknologi Biogas dan Potensi Pengembangannya di Indonesia. Prosiding Seminar Nasional Mekanisasi Pertanian. Bogor, 5 Agustus 2004.
    Widodo, T.W. and TOKUMOTO, O. 2005. Suggestion on Utilization of Feces at Large Scale Cattle Farm and Improvement of Environment. Joint Workshop ICAERD-IPB-Japan on Biomass Energy Resource for Sustainable Agricultural Development and Environment Improvement. Jakarta March 1st, 2005.
    Widodo, T. W. and Hendriadi, A. 2005. Development of Biogas Processing for Small Scale Cattle Farm in Indonesia. Conference Proceeding: International Seminar on Biogas Technology for poverty Reduction and Sustainable Development. Beijing, October 17- 20,2005. pp. 255-261.
    Widodo,T.W., Asari, A., Nurhasanah, A. and Rahmarestia, E. 2006. Biogas Technology Development for Small Scale Cattle Farm Level in Indonesia. International Seminar on Development in Biofuel Production and Biomass Technology. Jakarta, February 21-22, 2006 (Non-Presentation Paper).

  • Copyright © - Maggie's Blog

    Maggie's Blog - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan