Posted by : Maggie DL
Senin, 04 Januari 2016
MAKALAH MANAJEMEN PROYEK
(Analisa
Statistik Sampling Beserta Pengujiannya)
TEKNIK KIMIA SI – C
KELOMPOK 2 :
Vandhe Melsa
Sembiring M Gherald Erlangga Putra
Maggie
Darlene Lautama Muhamad Adrian
Tanjung
Baktiar
Simare-mare Firdaus
Septiawan
Karim
Abdullah Nandra
Saputra
Eri Kaiyul
Abdul
Rasyid Amrin
Wiriyan
Jordy Rawdatul
Fadila
Jaksa Or
Justman Dwi Novandri
Pribowo
Futhanul Wewe
JURUSAN TEKNIK KIMIA S1
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2015
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1
LATAR BELAKANG....................................................................... 1
1.2
RUMUSAN MASALAH.................................................................... 1
1.3
TUJUAN.............................................................................................. 1
BAB II LANDASAN
TEORI
2.1 POPULASI DAN SAMPEL.............................................................. 2
2.2 KRITERIA SAMPEL........................................................................ 4
2.3 UKURAN SAMPEL........................................................................... 4
2.4 KERANGKA SAMPLING (SAMPLING FRAME)....................... 6
2.5 TEKNIK SAMPLING....................................................................... 7
2.6 MANFAAT TEKNIK SAMPLING................................................. 7
2.7 SYARAT – SYARAT TEKNIK SAMPLING................................ 8
2.8 JENIS – JENIS TEKNIK SAMPLING
2.8.1 Teknik Sampling secara Probabilitas.................................... 8
2.8.2 Teknik Sampling secara Nonprobabilitas............................. 9
2.9 PENENTUAN JUMLAH SAMPEL................................................
9
2.10 STATISTIK SAMPLING................................................................ 10
BAB III PENTUP
3.1 KESIMPULAN................................................................................. 12
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................... 13
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
LATAR BELAKANG
Pada
bahasan pengendalian mutu dalam manajemen proyek, diperlukan beberapa tool dan teknik. Salah
satu tool dan teknik yang bisa digunakan adalah sampling. Sampling, dalam ilmu
statistik mengacu pada bagaimana mempelajari sebuah populasi dengan cara
mengumpulan dan menganalisa informasi dari populasi tersebut. Pembuatan sampel
merupakan bahan dasar untuk mendapatkan banyak informasi, misalkan untuk
mendapatkan jumlah penduduk di suatu negara. Banyak profesi menggunakan sampling
statistik, termasuk psikologi, demografi, dan antropologi. Seperti metode studi
yang rentan terhadap kesalahan, sehingga metode tersebut harus dianalisis
sebelum digunakan untuk meneliti.
1.2
RUMUSAN MASALAH
1.
Apa
pengertian dari statistik sampling?
2.
Bagaimana
cara mengumpulkan data/sampling?
3.
Bagaimana
cara menggunakan statistik sampling?
1.3 TUJUAN
1.
Memahami
pengertian statistik sampling.
2.
Memahami
dasar-dasar statistik sampling
3.
Menggunakan
statistik sampling sebagai tool pengendalian mutu dalam manajemen proyek.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 POPULASI
DAN SAMPEL
Populasi atau sering juga disebut universe adalah
keseluruhan atau totalitas objek yang diteliti yang ciri-cirinya akan diduga
atau ditaksir (estimated). Ciri-ciri populasi disebut parameter. Oleh karena
itu, populasi juga sering diartikan sebagai kumpulan objek penelitian dari mana
data akan dijaring atau dikumpulkan. Populasi dalam penelitian (penelitian
komunikasi) bisa berupa orang (individu, kelompok, organisasi, komunitas, atau
masyarakat) maupun benda, misalnya jumlah terbitan media massa, jumlah artikel
dalam media massa, jumlah rubrik, dan sebagainya (terutama jika penelitian kita
menggunakan teknik analisis isi (content analysis).
Populasi penelitian terdiri dari populasi sampling dan
populasi sasaran. Populasi sampling adalah keseluruhan objek yang diteliti,
sedangkan populasi sasaran adalah populasi yang benar-benar dijadikan sumber
data. Sebagai contoh, misalnya kita akan meneliti bagaimana rata-rata tingkat
prestasi akademik mahasiswa Fakultas Ilmu Komunikasi Unpad dan kita hanya akan
memokuskan penelitian kita pada mahasiswa yang aktif di lembaga-lembaga
kemahasiswaan, maka seluruh mahasiswa Fakultas Ilmu Komunikasi Unpad adalah
populasi sampling, sedangkan seluruh mahasiswa yang aktif dalam lembaga
kemahasiswaan adalah populasi sasaran.
Sampel atau
contoh adalah sebagian dari populasi yang karakteristiknya hendak diteliti.
Sampel yang baik, yang kesimpulannya dapat dikenakan pada populasi, adalah
sampel yang bersifat representatif atau yang dapat menggambarkan karakteristik
populasi.
Konsep lainnya yang harus dipahami-dan tidak boleh
dikelirukan- adalah jumlah populasi (population numbers) dan ukuran populasi
(population size). Jumlah populasi adalah banyaknya kategori populasi yang
dijadikan objek penelitian yang dinotasikan dengan huruf K. Misalnya, ketika
kita meneliti tingkat rata-rata prestasi akademik mahasiswa Fakultas Ilmu
Komunikasi Unpad (Fikom Unpad), maka jumlah populasinya adalah satu, yakni
kategori mahasiswa. Sementara itu, jika kita meneliti sikap sivitas akademika
Fikom Unpad terhadap kebijakan rektor dalam menaikkan biaya pendidikan, maka
jumlah populasinya sebanyak kategori yang terkandung dalam konsep sivitas
akademika, misalnya terdiri dari kategori mahasiswa, dosen, dan staf
administratif. Jadi, jumlah populasinya ada tiga. Ukuran populasi adalah
banyaknya unsur atau unit yang terkandung dalam sebuah kategori populasi
tertentu, yang dilambangkan dengan huruf N. Misalnya, ketika kita meneliti
bagaimana rata-rata tingkat prestasi akademik mahasiswa Fikom Unpad, maka jumlah
populasinya adalah satu dan ukuran populasinya 8.236 orang (sesuai dengan
jumlah mahasiswa yang terdaftar resmi di Fikom Unpad).
Jika kita menggunakan seluruh unsur populasi sebagai
sumber data, maka penelitian kita disebut sensus. Sensus merupakan penelitian
yang dianggap dapat mengungkapkan ciri-ciri populasi (parameter) secara akurat
dan komprehensif, sebab dengan menggunakan seluruh unsur populasi sebagai
sumber data, maka gambaran tentang populasi tersebut secara utuh dan menyeluruh
akan diperoleh. Oleh karena itu, sebaik-baiknya penelitian adalah penelitian
sensus. Namun demikian, dalam batas-batas tertentu sensus kadang-kadang tidak
efektif dan tidak efisien, terutama jika dihubungkan dengan ketersedian sumber
daya yang ada pada peneliti. Misalnya, bila dikaitkan dengan fokus penelitian,
keterbatasan waktu, tenaga, dan biaya yang dimiliki oleh peneliti.
Dalam keadaan peneliti tidak memungkinkan untuk melakukan
sensus, maka peneliti boleh mengambil sebagian saja dari unsur populasi untuk
dijadikan objek penelitiannya atau sumber data. Sebagian unsur populasi yang
dijadikan objek penelitian itu disebut sampel. Sampel atau juga sering disebut
contoh adalah wakil dari populasi yang ciri-cirinya akan diungkapkan dan akan
digunakan untuk menaksir ciri-ciri populasi. Oleh karena itu, jika kita
menggunakan sampel sebagai sumber data, maka yang akan kita peroleh adalah
ciri-ciri sampel bukan ciri-ciri populasi, tetapi ciri-ciri sampel itu harus
dapat digunakan untuk menaksir populasi. Ciri-ciri sampel disebut statistik.
Sama halnya dengan populasi, dalam sampel pun ada konsep jumlah sampel dan
ukuran sampel. Jumlah sampel adalah banyaknya kategori sampel yang diteliti
yang dilambangkan dengan huruf k, yang jumlahnya sama dengan jumlah populasi
(k=K). Sedangkan ukuran sampel (dilambangkan dengan huruf n) adalah besarnya
unsur populasi yang dijadikan sampel, yang jumlahnya selalui lebih kecil
daripada ukuran populasi (n). Mengapa kita harus benar-benar memahami (tidak
mengelirukan) pengertian istilah jumlah sampel dengan ukuran sampel, sebab
jumlah sampel dan sifat sampel yang diteliti (terutama untuk penelitian
eksplanatif, misalnya penelitian korelasional) akan sangat menentukan uji
statistik inferensial yang mana yang harus digunakan untuk menguji hipotesis yang
dirumuskan dalam penelitian kita. Ketepatan dalam memilih uji statistik
inferensial itu merupakan salah satu unsur penentu validitas atau kesahihan
penelitian kita. Dalam menguji korelasi di antara variabel-variabel yang
diteliti, misalnya, ada uji statistik inferensial yang hanya berlaku untuk
menguji satu sampel, dua sampel independen, dua sampel berhubungan, dan k
sampel independen atau k sampel berhubungan, dan sebagainya (Silakan baca buku
Statistik Nonparametrik untuk Ilmu-Ilmu Sosial tulisan Sidney Siegel).
Karena
data yang diperoleh dari sampel harus dapat digunakan untuk menaksir populasi,
maka dalam mengambil sampel dari populasi tertentu kita harus benar-benar bisa
mengambil sampel yang dapat mewakili populasinya atau disebutsampel
representatif. Sampel representatif adalah sampel yang memiliki ciri
karakteristik yang sama atau relatif sama dengan ciri karakteristik
populasinya. Tingkat kerepresentatifan sampel yang diambil dari populasi
tertentu sangat tergantung pada jenis sampel yang digunakan, ukuran sampel yang
diambil, dan cara pengambilannya. Cara atau prosedur yang digunakan untuk
mengambil sampel dari populasi tertentu disebut teknik sampling.
2.2 KRITERIA SAMPEL
Ada dua kriteria sampel yaitu kriteria inklusi dan kriteria eksklusi.
Penentuan kriteria sampel diperlukan untuk mengurangi hasil penelitian yang
bisa. Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian dari suatu
populasi target yang terjangkau yang akan diteliti. Sedangkan yang dimaksud
dengan Kriteria eksklusi adalah meng-hilangkan / mengeluarkan subjek yang
memenuhi kriteria inklusi dari penelitian karena sebab-sebab
tertentu.Sebab-sebab yang dipertimbangkan dalam menentukan kriteria ekslusi antara
lain:
a. subjek mematalkan kesediannya untuk menjadi responden penelitian.
b. subjek
berhalangan hadir atau tidak di tempat ketika pengumpulan data dilakukan.
2.3 UKURAN
SAMPEL
Ukuran sampel atau besarnya sampel yang diambil dari
populasi, sebagaimana diungkapkan di atas, merupakan salah satu faktor penentu
tingkat kerepresentatifan sampel yang digunakan. Dalam menentukan menentukan
ukuran sampel (n) yang harus diambil dari populasi agar memenuhi persyaratan
kerepresentatifan, tidak ada kesepakatan bulat di antara para ahli metodolologi
penelitian (hal ini wajar, sebab dalam dunia ilmu yang ada adalah sepakat untuk
tidak sepakat asal masing-masing konsisten dengan rujukan yang digunakannya,
sehingga ilmu itu bisa terus berproses dan berkembang). Pada umumnya, buku-buku
metodologi penelitian menyebut angkalima persen hingga 10 persen untuk
menegaskan berapa ukuran sampel yang harus diambil dari sebuah populasi
tertentu dalam penelitian sosial. Pendapat ini tentu saja sulit untuk
dijelaskan apa alasannya jika ditinjau dari aspek metodologi penelitian.
Sehubungan dengan hal itu, I Gusti Bagoes Mantra dan
Kasto dalam buku yang ditulis oleh Masri Singarimbun dan Sofian Effendi, Metode
Penelitian Survai(1989), menyatakan bahwa sebelum kita menentukan berapa besar
ukuran sampel yang harus diambil dari populasi tertentu, ada beberapa aspek
yang harus dipertimbangkan yaitu:
1. Derajat Keseragaman Populasi (degree of homogenity).
Jika tinggi tingkat homogenitas populasinya tinggi atau bahkan sempurna, maka
ukuran sampel yang diambil boleh kecil, sebaliknya jika tingkat homogenitas
populasinya rendah (tingkat heterogenitasnya tinggi) maka ukuran sampel yang
diambil harus besar. Untuk menentukan tingkat homogenitas populasi sebaiknya
dilakukan uji homogenitas dengan menggunakan uji statistik tertentu.
2. Tingkat
Presisi (level of precisions) yang digunakan. Tingkat presisi, terutama
digunkan dalam penelitian eksplanatif, misalnya penelitian korelasional, yakni
suatu pernyataan peneliti tentang tingkat keakuratan hasil penelitian yang
diinginkannya. Tingkat presisi biasanya dinyatakan dengan taraf signifikansi
(α) yang dalam penelitian sosial biasa berkisar 0,05 (5%) atau 0,01 (1%),
sehingga keakuratan hasil penelitiannya (selang kepercayaannya) 1–α yakni bisa
95% atau 99%. Jika kita menggunakan taraf signifikansi 0,01 maka ukuran sampel
yang diambil harus lebih besar daripada ukuran sampel jika kita menggunakan
taraf signifikansi 0,05.
3. Rancangan Analisis.
Rancangan analisis yang dimaksud adalah sesuatu yang berkaitan dengan
pengolahan data, penyajian data, pengupasan data, dan penafsiran data yang akan
ditempuh dalam penelitian. Misalnya, kita akan menggunkan teknik analisis data
dengan statistik deskripti; penyajian data menggunakan tabel-tabel distribusi
frekuensi silang (tabel silang) atau tabel kontingensi dengan ukuran 3X3 atau
lebih dimana pasti mengandung sel sebanyak 9 buah, maka ukuran sampelnya harus
besar. Hal ini untuk menghindarkan adanya sel dalam tabel tersebut yang datanya
nol (kosong), sehingga tidak layak untuk dianalisis dengan asumsi-asumsi
kotingensi. Jika kita menggunakan rancangan analisisnya hanya menggunakan
analisis statistik inferensial, maka ukuran sampelnya boleh lebih kecil
dibandingkan apabila kita menggunakan rancangan analisis statistik deskriptif
saja. Dengan kata lain, rancangan penelitian deskriptif membutuhkan ukuran
sampel yang lebih besar daripada rancangan penelitian eksplanatif.
4.
Alasan-alasan tertentu yang berkaitan dengan keterbatasan-keterbatasn yang ada
pada peneliti, misalnya keterbatasan waktu, tenaga, biaya, dan lain-lain.
(Catatan: Alasan ke-4 ini jangan digunakan sebagai pertimbangan utama dalam
menentukan ukuran sampel, sebab hal ini lebih berkaitan dengan pertimbangan
peneliti (tanpa akhiran an) dan bukan pertimbanganpenelitian (metodologi).
Selain mempertimbangkan faktor-faktor di atas, beberapa
buku metode penelitian menyarankan digunakannya rumus tertentu untuk menentukan
berapa besar sampel yang harus diambil dari populasi. Jika ukuran populasinya
diketahui dengan pasti, Rumus Slovin di bawah ini dapat digunakan Rumus Slovin:
N
n = ——
1 + Ne²
Keterangan :
n = ukuran sampel
N = ukuran populasi
e
= kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel yang
ditololerir, misalnya 5%.
Batas kesalahan yang ditolelir ini untuk setiap populasi
tidak sama, ada yang 1%, 2%, 3%, 4%,5%, atau 10%. Jika ukuran populasinya besar
yang didapat dari pendugaan proporsi populasi, maka Rumus Yamane yang harus
digunakan :
N
n = ———–
Nd² +
1
d = batas toleransi
kesalahan pengambilan sampel yang digunakan.
2.4 KERANGKA
SAMPLING (SAMPLING FRAME)
Di atas sudah
ditegaskan, bahwa tingkat krepresentatifan sampel selain ditentukan oleh ukuran
sampel yang diambil juga ditentukan oleh teknik sampling yang digunakan. Di
antara teknik-teknik sampling tersebut, dalam penggunaannya, ada yang
mempersyaratkan tersedianya kerangka sampling. Kerangka sampling (sampling
frame) adalah sebuah daftar yang memuat data mengenai seluruh unit atau unsur
sampling yang terdapat pada populasi sampling. Secara gampang orang sering
mengatakan, kerangka sampling adalah daftar nama-nama yang kerkandung dalam
populasi penelitian.
2.5 TEKNIK SAMPLING
Dalam penelitian kuantitatif, apalagi jika dirancang
sebagai sebuah penelitian survei (survey research), keberadaan populasi dan
sampel penelitian nyaris tak dapat dihindarkan. Populasi dan sampel merupakan
sumber utama untuk memperoleh data yang dibutuhkan dalam mengungkapkan fenomena
atau realitas yang dijadikan fokus penelitian kita. Demi mencapai keakuratan
dan validitas data yang dihasilkan, populasi dan sampel yang dijadikan objek
penelitian harus memiliki kejelasan baik dari segi scope, ukuran, maupun
karakteristiknya. Dengan kata lain, kejelasan populasi dan ketepatan
pengambilan sampel dalam penelitian akan menentukan validitas proses dan hasil
penelitian kita. Teknik pengambilan sampel atau
teknik sampling adalah teknik pengambilan sampel dari populasi. Sampel yang
merupakan sebagaian dari populasi tsb. kemudian diteliti dan hasil penelitian
(kesimpulan) kemudian dikenakan pada populasi (generalisasi). Hubungan
populasi, sample, teknik sampling, dan generasi dapat digambarkan sebagai
berikut:
Gambar 2.1 Diagram Populasi dan Sampel
2.6 MANFAAT TEKNIK SAMPLING
Manfaat dari teknik sampling adalah
sebagai berikut :
1. Menghemat biaya penelitian.
2. Menghemat waktu untuk penelitian.
3. Dapat menghasilkan data yang lebih akurat.
4. Memperluas ruang lingkup penelitian.
2.7 SYARAT – SYARAT TEKNIK
SAMPLING
Teknik sampling
boleh dilakukan bila populasi bersifat homogen atau memiliki karakteristik yang
sama atau setidak-tidaknya hampir sama. Bila keadaan populasi bersifat
heterogen, sampel yang dihasilkannya dapat bersifat tidak representatif atau
tidak dapat menggambarkan karakteristik populasi.
2.8 JENIS – JENIS TEKNIK
SAMPLING
2.8.1 Teknik
Sampling secara Probabilitas
Teknik sampling probabilitas atau random sampling merupakan teknik sampling
yang dilakukan dengan memberikan peluang atau kesempatan kepada seluruh anggota
populasi untuk menjadi sampel. Dengan demikian sampel yang diperoleh diharapkan
merupakan sampel yang representatif.
Teknik sampling ini dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut :
a.
Teknik Sampling
secara Rambang Sederhana.
Cara paling populer yang dipakai dalam proses penarikan sampel rambang
sederhana adalah dengan undian.
b.
Teknik Sampling
secara Sistematis (systematic sampling).
Prosedur ini berupa penarikan sample dengan cara mengambil setiap kasus
(nomor urut) yang kesekian dari daftar populasi.
c.
Teknik Sampling
secara Rambang Proportional.
Jika populasi terdiri dari subpopulasi - subpopulasi maka sample penelitian
diambil dari setiap subpopulasi. Adapun cara pengambilannya dapat dilakukan
secara undian maupun sistematis.
d.
Teknik Sampling
secara Rambang Bertingkat.
Bila
subpoplulasi - subpopulasi sifatnya bertingkat, cara pengambilan sampel sama
seperti pada teknik sampling secara proportional.
e.
Teknik Sampling secara Kluster (Cluster Sampling)
Ada kalanya
peneliti tidak tahu persis karakteristik populasi yang ingin dijadikan subjek
penelitian karena populasi tersebar di wilayah yang amat luas. Untuk itu
peneliti hanya dapat menentukan sampel wilayah, berupa kelompok klaster yang
ditentukan secara bertahap. Teknik pengambilan sample semacam ini disebut
cluster sampling atau multi-stage sampling.
2.8.2 Teknik Sampling secara Nonprobabilitas.
Teknik sampling nonprobabilitas adalah teknik pengambilan sample yang
ditemukan atau ditentukan sendiri oleh peneliti atau menurut pertimbangan
pakar. Beberapa jenis atau cara penarikan sampel secara nonprobabilitas adalah
sebagai berikut :
a.
Puposive
Sampling atau Judgmental Sampling
Penarikan sampel secara puposif merupakan cara penarikan sample yang
dilakukan memiih subjek berdasarkan kriteria spesifik yang dietapkan peneliti.
b.
Snow-ball Sampling (Penarikan
Sample secara Bola Salju).
Penarikan sample pola ini dilakukan dengan menentukan sample pertama. Sampel
berikutnya ditentukan berdasarkan informasi dari sample pertama, sample ketiga
ditentukan berdasarkan informasi dari sample kedua, dan seterusnya sehingga
jumlah sample semakin besar, seolah-olah terjadi efek bola salju.
c.
Quota Sampling (Penarikan Sample secara Jatah).
Teknik sampling ini dilakukan dengan atas dasar jumlah atau jatah yang
telah ditentukan. Biasanya yang dijadikan sample penelitian adalah subjek yang
mudah ditemui sehingga memudahkan pula proses pengumpulan data.
d.
Accidental Sampling atau Convenience Sampling
Dalam
penelitian bisa saja terjadi diperolehnya sampel yang tidak direncanakan
terlebih dahulu, melainkan secara kebetulan, yaitu unit atau subjek tersedia
bagi peneliti saat pengumpulan data dilakukan. Proses diperolehnya sampel semacam
ini disebut sebagai penarikan sampel secara kebetulan.
2.9 PENENTUAN JUMLAH SAMPEL
Bila jumlah populasi dipandang terlalu besar, dengan maksud menghemat
waktu, biaya, dan tenaga, penelitili tidak meneliti seluruh anggota populasi.
Bila peneliti bermaksud meneliti sebagian dari populasi saja (sampel),
pertanyaan yang selalu muncul adalah berapa jumlah sampel yang memenuhi syarat.
Ada hukum statistika dalam menentukan jumlah sampel, yaitu semakin besar jumlah sampel semakin menggambarkan keadaan populasi.
Selain berdasarkan ketentuan di atas perlu pula penentuan jumlah sampel
dikaji dari karakteristik populasi. Bila populasi bersifat homogen maka tidak
dituntut sampel yang jumlahnya besar. Misalnya saja dalam pemeriksaan golongan
darah.
Walaupun
pemakaian jumlah sampel yang besar sangat dianjurkan, dengan pertimbangan
adanya berbagai keterbatasan pada peneliti, sehingga peneliti berusaha
mengambil sampel minimal dengan syarat dan aturan statistika tetap terpenuhi
sebagaimana dianjurkan oleh Isaac dan Michael. Dengan menggunakan rumus tertentu,
Isaac dan Michael memberikan hasil akhir jumlah sampel terhadap jumlah populasi
antara 10 – 100.000.
2.10
STATISTIK SAMPLING
Anggota tim proyek yang bertugas pada pengendalian mutu harus memiliki pemahaman statistik yang
kuat, tetapi beberapa anggota tim hanya membutuhkan konsep dasar. Konsep dasar
tersebut mencakup Statistik sampling,
faktor kepercayaan, Standard deviasi, dan Variasi. Ukuran-ukuran tersebut yang
digunakan dalam pemahaman diagram pengendalian mutu. Statistical sampling
membahas tentang bagaimana memilih bagian dari Populasi yang menjadi perhatian
untuk diperikasa. Bagian dari populasi yang terpilih disebut Sampel. Ukuran
Sampel tergantung pada bagaimana tingkat keterwakilan anggota populasi yang
diinginkan di dalam sampel.
Ukuran Sampel =
0.25 x (faktor kepercayaan/kesalahan yang dapat diterima)
Faktor
kepercayaan merupakan besar kepastian yang diinginkan sehingga sampel tidak
termasuk variasi yang secara alami bukan menjadi bagian populasi. Tingkat
kepercayaan merupakan besar kepastian bahwa sampel mampu mewakili populasi.
Keduanya saling berpasangan.Tingkat kesalahan merupakan besar kemungkinan
sampel tidak mewakili populasi.
Tabel 2.1 Tingkat Kepercayaan dan Faktor Kepercayaan.
Tingkat kepercayaan
|
Faktor kepercayaan
|
95%
|
1.960
|
90%
|
1.645
|
80%
|
1.281
|
Konsep
lain dalam statistik yang digunakan dalam pengendalian mutu adalah Standard
Deviasi(SD). Standard deviasi mengukur bagaimana variasi yang terjadi pada
distribusi data. SD yang kecil berarti data berada dalam sebuah kelompok dan
perbedaan dengan nilai tengah yang kecil. SD besar berarti data menyebar dari
nilai tengah distribusi . Standar deviasi disimbulkan dengan σ (sigma).
Gambaran tentang standard deviasi diperlihatkan oleh kurva distribusi normal.
Berdasarkan gambar tersebur 68.3% populasi berada pada standard deviasi 1σ.
Gambar 2.2
Kurva Distribusi Normal
BAB III
PENUTUP
3.1
KESIMPULAN
1.
Teknik Sampling
adalah teknik pengambilan sampel dari populasi.
2.
Teknik sampling
dapat dilakukan secara probabilitas maupun nonprobabilitas.
3.
Teknik sampling
secara probabilitas dapat dilakukan dengan cara rambang sederhana, sistematis,
rambang proportional, rambang bertingkat dank luster.
4.
Teknik sampling
secara non probabilitas dapat dilakukan dengan cara Puposive Sampling atau Judgmental
Sampling, Snow-ball Sampling (Penarikan Sample secara Bola Salju), Quota Sampling (Penarikan Sample secara
Jatah), Accidental Sampling atau Convenience Sampling.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2012. Populasi dan Sampel. http://www.statistikian.com/2012/10/populasi-dan-sampel.html. diakses tanggal 25
November 2015
Arthur Asa Berger, 2000, Media and
Communication Research Methods, Thousand Oaks, London, New Delhi: Sage
Publications, Inc.
Bambang Prasetyo dan Lina Miftahul
Jannah, 2005, Metode Penelitian Kuantitatif: Teori dan Aplikasi, Jakarta: P.T.
Radjagrafindo Persada.
Bridget Somekh and Cathy Lewin,
2005, Research Methods in The Social Sciences, London, Thousand Oaks, New
Delhi: Sage Publications, Inc.
David,
M. dan Sutton, CD. 2004. Social Research –
Part II Research Design and Data Collection. SAGE.
Govindarajulu,
Z. 1999. Elements of
Sampling Theory and Methods. Prentice Hall.
Grinnell,
R.M. 2001.
Social Work Research and Evaluation: Quantitative and Qualitative Approaches
6thEdition. Itasca, IL: Peacock.
Irawan, H. (2002), 10 Prinsip Kepuasan Pelanggan, PT Elex
Media Komputindo, Jakarta.
Jalaluddin Rakhmat, 1995, Metode Penelitian Komunikasi,
Bandung: P.T. Remaja Rosdakarya.
Masri
Singarimbun dan Sofian Effendi, 1989, Metode Penelitian Survai, Jakarta: LP3ES.
Partino, H.R. dan Idrus, H.M. 2009. Statistik Deskriptif,
Safiria Insania Press, Yogyakarta.
Rachmat
Kriyantono, 2006, Teknik Praktis Riset Komunikasi, Jakarta: Kencana Prenada
Media Group.
Santoso,
S. 2010. Statistik Multivariat,Konsep
dan Aplikasi dengan SPSS, PT Elex Media Komputindo, Jakarta.
Sugiyono
.2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Penerbit
Alfabeta, cetakan ke 8, Bandung.